Get Gifs at CodemySpace.com

Selasa, 06 Maret 2012

Mendidik AnaK agar mandiri

Orang tua mana yang tidak mau melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri. Tampaknya memang itulah salah satu tujuan yang ingin  dicapai  orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Sikap mandiri sudah dapat dibiasakan sejak anak masih kecil: memakai pakaian sendiri, menalikan  sepatu  dan  bermacam  pekerjaan-pekerjaan  kecil  sehari-hari  lainnya. Kedengarannya mudah, namun dalam prakteknya pembiasaan ini banyak hambatannya. Tidak jarang orang tua merasa tidak tega atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha  menalikan  sepatunya  selama  beberapa  menit,  namun  belum  juga memperlihatkan  keberhasilan.  Atau  langsung  memberi  segudang  nasehat,  lengkap dengan  cara  pemecahan  yang harus  dilakukan,  ketika  anak  selesai  menceritakan pertengkarannya dengan teman sebangku. Memang masalah yang dihadapi anak seharihari dapat dengan mudah diatasi dengan adanya campur tangan orang tua. Namun cara ini tentunya tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri. Ia akan terbiasa “lari” kepada orang tua apabila menghadapi persoalan, dengan perkataan lain ia terbiasa tergantung pada orang lain, untuk hal-hal yang kecil sekalipun.
Lalu  upaya  yang  dapat  dilakukan  orang  tua  untuk  membiasakan  anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan? Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat Anda terapkan untuk melatih anak menjadi mandiri.
1. Beri kesempatan memilih
Anak  yang  terbiasa  berhadapan  dengan  situasi  atau  hal-hal  yang  sudah ditentukan  oleh  orang  lain,  akan  malas  untuk  melakukan  pilihan  sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakanyang dapat dipilih anak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahuntemannya,misalnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan  keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak diniakan memudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal  dalam kehidupannya.
2. Hargailah usahanya
Hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya otang tua memberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk  membantu  membukakannya.  Jelaskan juga  padanya  bahwa  untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalaumenggunakan ujung sendok, misalnya. Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
3. Hindari banyak bertanya Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua
,yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yang baru  kembali  dari  sekolah,  akan  kesal  bila  diserang dengan  pertanyaan -pertanyaan seperti, “Belajar apa saja di  sekolah?”,  dan  “Kenapa seragamnya kotor? Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah!” dan seterusnya. Sebaliknya, anak akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek : “Halo anak ibu sudah pulang sekolah!” Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin ia ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpa harus di dorong-dorong.
4. Jangan langsung menjawab pertanyaan
Meskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Kesempatan ini  akan  melatihnya untuk  mencari alternatif-alternatif  dari  suatu  pemecahan masalah. Misalnya, “Bu, kenapa sih, kita harus mandi dua kali sehari? ” Biarkan anak memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui. Dengan demikian pun anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban orang tua, yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku.
5. Dorong untuk melihat alternatif
Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk nmengatasi suatu masalah , orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain  di  luar  rumah  yang  dapat  membantu  untuk  mengatasi  masalah  yang dihadapi.  Untuk  itu,  cara  yang  dapat  dilakukan  orang  tua  adalah  dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri  . Misalnya, ketika si anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban : “Coba,ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda.”
6. Jangan patahkan semangatnya
Tak  jarang  orang  tua  ingin  menghindarkan  anak  dari  rasa  kecewa  dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk  terus  melakukanya.  Jangan  sekali-kali  anda  membuatnya  kehilangan motivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Jika anak minta  ijin  Anda,  “Bu,  Andi  mau  pulang  sekolah  ikut  mobil  antar  jemput, bolehkan? ” Tindakan untuk menjawab : “Wah, kalau Andi mau naik mobil antar jemput, kan Andi harus bangun pagi dan sampai di rumah lebih siang. Lebih baik tidak usah deh, ya” seperti itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasi untuk mandiri. Sebaliknya ibu berkata “Andi mau naik mobil antar jemput? Wah, kedengarannya menyenangkan, ya. Coba Andi ceritakan pada ibu kenapa andi mau naik mobil antar jemput.” Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahui bahwa orang tua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipun akhirnya, dengan alasan-alasan yang Anda ajukan, keinginannya tersebut belum dapat di penuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar